Nama Sultan Hasanuddin Diabadikan

Berkat kegigihan Sultan Hasanuddin mempertahankan kehormatan negerinya, dia diberi gelar Pahlawan Nasional. Dia angkat sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 6 November 1973 No. 887/TK/Tahun 1973.

Untuk menghargai dan mengenang keberaniannya, nama Sultan Hasanuddin diabadikan sebagai nama-nama fasitas umum hingga universitas di Sulawesi Selatan. Diantaranya Universitas Hasanuddin, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Kodam XIV/Hasanuddin, KRI Sultan Hasanuddin, dan nama jalan di berbagai daerah di Sulawesi Selatan.

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

Sultan Hasanuddin adalah seorang pahlawan nasional yang dikenal dengan julukan Ayam Jantan dari Timur. Kok bisa? Yuk simak kisah perjuangannya sebagai Pemimpin Kerajaan Gowa melawan Belanda!

Siapakah pahlawan dari Makassar yang mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur? Yap! Jawabannya adalah Sultan Hasanuddin. Dalam pelajaran Sejarah di sekolah pasti kita sudah tidak asing dengan julukan tersebut yah! Tapi, kamu tau nggak sih, kenapa Sultan Hasanuddin mendapatkan julukan Ayam Jantan dari Timur?

Jadi, Sultan Hasanuddin berasal dari Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan dan dikenal sangat gigih dalam mengusir penjajah. Atas kegigihannya ini, Belanda memberikan julukan kepadanya Haantjes van Het Oosten atau Ayam Jantan dari Timur.

Nah, dalam artikel ini, kita akan menyimak kisah hidup Sultan Hasanuddin dan masa perjuangannya melawan penjajah. Yuk simak!

Kejayaan Kerajaan Gowa oleh Sultan Hasanuddin

Di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Gowa mengalami masa kejayaan. Ia berhasil melawan penjajahan Belanda dan berjuang demi rakyatnya.

Sampai akhirnya, pada 12 Juni 1670, Sultan Hasanuddin wafat karena menderita penyakit plasenta pada usia 39 tahun.

Sultan Hasanuddin baru diangkat sebagai pahlawan nasional pada 6 November 1973.

Sultan Hasanuddin merupakan salah satu pahlawan nasional asal Sulawesi Selatan. Ia merupakan Raja Gowa yang ke-16.

Dikutip dari laman Universitas Sains dan Teknologi Komputer (STEKOM) dijelaskan bahwa, Sultan Hasanuddin terlahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Nama Sultan Hasanuddin sendiri di berikan pada saat dia menduduki tahta kerajaan Gowa.

Selain itu, ia juga dijuluki sebagai Ayam Jantan dari Timur. Julukan ini menggambarkan kegigihan dan keberaniannya dalam melawan Belanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, pada tanggal 12 Januari 1631. Dia merupakan putra dari Raja Gowa ke-15, Sultan Malikussaid dan cucu dari Sultan Alauddin yang merupakan Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam.

Dilansir dari dalam laman Kemdikbud Ristek, Sultan Hasanuddin menjabat sebagai Raja Gowa di saat berusia 24 tahun (1655). Di Bawah kepemimpinannya Kerajaan Gowa mencapai puncak kejayaan. Bahkan saat itu Gowa dikenal sebagai negara maritim dan menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur.

Selain itu, Kerajaan Gowa juga menjadi kekuatan politik yang unggul di Sulawesi Selatan. Tidak ada satupun kekuatan politik lokal yang mudah melakukannya.

Setelah 14 tahun Sultan Hasanuddin menjadi Raja Gowa, tahta kerajaan ia serahkan kepada putranya, Amir Hamzah. Sultan Hasanuddin wafat di usia 39 tahun karena menderita penyakit ari-ari.

Masa Kecil Sultan Hasanuddin

Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 12 Januari 1631 dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Walaupun terlahir dari keluarga bangsawan, Sultan Hasanuddin senang bergaul dengan teman-temannya yang berasal dari rakyat biasa.

Ketika Hasanuddin berusia 8 tahun, ayahnya, Sultan Muhammad Said naik tahta sebagai Raja Gowa yang ke-15. Jiwa kepemimpinannya sudah menonjol saat ia masih kecil.  Selain itu, Hasanuddin juga dikenal sebagai anak yang cerdas dan pandai berdagang. Di usia muda, Hasanuddin sudah memiliki jaringan dagang hingga di Makassar dan bahkan asing.

Sultan Hasanuddin kecil mengenyam pendidikan di Masjid Botoala. Ia juga kerap diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting kerajaan.

Ayahnya ingin Hasanuddin bisa belajar ilmu diplomasi dan strategi perang. Di masa mudanya juga, Hasanuddin sudah beberapa kali dipercaya untuk menjadi delegasi Kerajaan Gowa dalam mengirimkan pesan ke berbagai kerajaan.

Baca Juga: Mengenal Ismail Marzuki, Sang Maestro Pejuang Kemerdekaan Indonesia

Alasan Melakukan Perlawan

Mengutip dari laman Kemdikbud Ristek, pada saat kepemimpinan Sultan Hasanuddin Kerajaan Gowa dikenal sebagai negara maritim dan menjadi pusat perdagangan di Indonesia bagian timur. VOC berusaha melakukan monopoli perdagangan atas Kerajaan Gowa.

VOC kerap melarang orang Makassar berlayar dan berdagang rempah-rempah. Hal ini menimbulkan gangguan kebebasan perdagangan terhadap rakyat Gowa.

Terkait hal ini, Sultan Hasanuddin melakukan perlawanan karena dia menentang keras mengenai hak monopoli yang hendak dijalankan oleh VOC. Belanda ingin memonopoli perdagangan di wilayah Makassar dengan cara yang licik dan membuat masyarakat sengsara.

Kerajaan Gowa memiliki pendirian bahwa, Tuhan Yang Maha kuasa telah menciptakan bumi dan lautan. Bumi telah dibagikan di antara manusia, begitu pula lautan telah diberikan untuk umum, tidak pernah terdengar bahwa pelayaran di lautan dilarang bagi seseorang. Jika Belanda melarang hal itu, maka berarti Belanda seolah-olah mengambil nasi dari mulut orang lain.

Dalam artian tuhan menciptakan bumi dan lautan untuk digunakan secara bersama oleh seluruh umat manusia, bukan hanya untuk VOC. Itulah sebabnya mengapa Kerajaan Gowa dengan keras menentang usaha monopoli VOC.

Berakhirnya Masa Kejayaan Ayam Jantan dari Timur

Setelah Belanda berhasil mengalahkan Gowa, Sultan Hasanuddin mundur dari Benteng Somba Opu ke Benteng Kale Gowa. Walaupun mundur, Sultan Hasanuddin tidak mau tunduk dengan Belanda yang sudah membuat rakyatnya sengsara.

Sultan Hasanuddin kemudian memutuskan mengundurkan diri dari tahtanya pada 29 Juni 1669. Kepemimpinan Kerajaan Gowa kemudian diberikan pada putranya, I Mappasomba Daeng Nguraga dengan gelar Sultan Amir Hamzah.

Setelah tidak menjabat sebagai raja, Sultan Hasanuddin lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengajar agama Islam pada masyarakat sekitar.

Sultan Hasanuddin menghembuskan nafas terakhirnya pada 12 Juni 1670 di usia 39 tahun. Jasadnya disemayamkan di pemakaman dalam benteng Kale Gowa, Kampung Tamalate, yang diperuntukkan khusus bagi raja-raja Gowa.

Atas seluruh jasanya dalam perjuangannya melawan penjajah, Sultan Hasanuddin diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 1973 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 087/TK/tahun 1973.

Wah, menarik ya kisah perjuangan Sultan Hasanuddin dalam memperjuangkan kemerdekaan RI.  Semoga Sobat Medcom dapat melanjutkan perjuangan Sultan Hasanuddin, bukan untuk melawan penjajah tentunya, tapi untuk membawa Indonesia ke level yang lebih tinggi lagi di mata dunia.

Berakhirnya Masa Kejayaan Ayam Jantan dari Timur

Setelah Belanda berhasil mengalahkan Gowa, Sultan Hasanuddin mundur dari Benteng Somba Opu ke Benteng Kale Gowa. Walaupun mundur, Sultan Hasanuddin tidak mau tunduk dengan Belanda yang sudah membuat rakyatnya sengsara.

Sultan Hasanuddin kemudian memutuskan mengundurkan diri dari tahtanya pada 29 Juni 1669. Kepemimpinan Kerajaan Gowa kemudian diberikan pada putranya, I Mappasomba Daeng Nguraga dengan gelar Sultan Amir Hamzah.

Setelah tidak menjabat sebagai raja, Sultan Hasanuddin lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengajar agama Islam pada masyarakat sekitar.

Sultan Hasanuddin menghembuskan nafas terakhirnya pada 12 Juni 1670 di usia 39 tahun. Jasadnya disemayamkan di pemakaman dalam benteng Kale Gowa, Kampung Tamalate, yang diperuntukkan khusus bagi raja-raja Gowa.

Atas seluruh jasanya dalam perjuangannya melawan penjajah, Sultan Hasanuddin diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tanggal 6 November 1973 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 087/TK/tahun 1973.

Jadi, apa yang bisa kamu ambil dari kisah perjuangan Sultan Hasanuddin tadi? Selain kisah Sultan Hasanuddin, masih banyak kisah pahlawan-pahlawan perjuangan yang menarik untuk dipelajari, lho! Yuk temukan kisahnya di ruangbelajar sekarang!

Jakarta:  Nama Sultan Hasanuddin,

dari Makassar tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.  Pahlawan yang mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur ini pun menjadi nama wajib yang masuk ke dalam buku-buku di mata pelajaran sejarah di sekolah.

Mendapat julukan tersebut, mungkin belum banyak Sobat Medcom yang tahu kenapa Hasanuddin mendapatkan julukan Ayam Jantan dari Timur.  Sultan Hasanuddin,

yang berasal dari Gowa, Makassar, Sulawesi Selatan ini dikenal sangat gigih dalam mengusir penjajah.

Atas kegigihannya ini pula, Belanda memberikan julukan kepadanya

atau Ayam Jantan dari Timur. Artikel ini akan menarik Sobat Medcom ke masa-masa perjuangan Sultan Hasanuddin ketika melawan penjajah, mulai dari masa kecilnya hingga perjalannya menjadi sultar.

Dilansir dari laman Ruangguru, Hasanuddin lahir di Makassar, Sulawesi Selatan pada 12 Januari 1631 dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Walaupun terlahir dari keluarga bangsawan, Sultan Hasanuddin senang bergaul dengan teman-temannya yang berasal dari rakyat biasa.

Ketika Hasanuddin berusia 8 tahun, ayahnya, Sultan Muhammad Said naik tahta sebagai Raja Gowa yang ke-15. Jiwa kepemimpinannya sudah menonjol saat ia masih kecil.

Selain itu, Hasanuddin juga dikenal sebagai anak yang cerdas dan pandai berdagang. Di usia muda, Hasanuddin sudah memiliki jaringan dagang hingga di Makassar dan bahkan asing.

Sultan Hasanuddin kecil mengenyam pendidikan di Masjid Botoala. Ia juga kerap diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting kerajaan.

Ayahnya, ingin Hasanuddin bisa belajar ilmu diplomasi dan strategi perang. Di masa mudanya juga, Hasanuddin sudah beberapa kali dipercaya untuk menjadi delegasi Kerajaan Gowa dalam mengirimkan pesan ke berbagai kerajaan.

Pecahnya Perang Makassar

Dalam upayanya melawan Belanda, Sultan Hasanuddin harus memperluas wilayah kekuasaannya. Pada Februari 1660, Sultan Hasanuddin memanggil Tobala Arung Tanette. Ia meminta Arung Tanette untuk memimpin orang Bone untuk memperkuat pertahanan Makassar dalam melawan Belanda.

Tobala Arung Tanette menyatakan bahwa dirinya selaku pemimpin orang Bugis Bone siap berperang bersama Sultan Hasanuddin melawan Belanda. Hal ini demi menjaga harga diri dan martabat orang Bugis Bone.

Selanjutnya, Tobala memimpin orang Bugis Bone untuk pergi menjaga wilayah yang terletak di bagian belakang Makassar. Tobala juga melaporkan setiap usaha Belanda yang ingin membujuk orang Bugis untuk melawan Makassar.

Singkat cerita, Tobala Arung Tanette membawa orang Bone yang berjumlah sekitar 10.000 berjalan melintasi gunung-gunung tinggi menuju Makassar. Sampai di Makassar, mereka dibagi kelompok dan ditugaskan untuk menggali parti di sepanjang garis pertahanan di pantai pelabuhan Makassar.

Mulai dari benteng paling selatan Barombong sampai benteng paling utara Ujung Tana.  Proses penggalian parit ini dilakukan secara paksa.

Orang Bone dipaksa bekerja siang malam untuk menggali parit. Perlakuan ini membuat Arung Palakka, pimpinan Kerajaan Bone marah dan tergerak untuk memberontak.  Dari sini, Belanda mulai merasa ada percikan konflik internal terjadi antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone.

Tanpa menunggu lama, Belanda memanfaatkan celah ini. Long story short, akhirnya Kerajaan Bone yang awalnya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Gowa berhasil dihasut oleh Belanda untuk membantu VOC.

Perang Makassar berlangsung dari 1666-1669. Dalam perang ini, Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone untuk melawan kerajaan yang dipimpin Sultan Hasanuddin.

Profil Sultan Hasanuddin

Asal Usul Julukan Ayam Jantan dari Timur

Sultan Hasanuddin dikenal sebagai sosok yang tegas, berani, dan pantang menyerah. Karena karakter inilah Sultan Hasanuddin mendapatkan julukan de Haav van de Osten yang berarti Ayam Jantan dari Timur. Julukan ini diberikan oleh pihak Belanda.

Sultan Hasanuddin adalah pahlawan berasal dari Sulawesi Selatan yang turut berjuang melawan Belanda. Sultan Hasanuddin dikenal sangat pemberani hingga dijuluki Ayam Jantan dari Timur oleh pihak Belanda. Seperti apa perjuangannya?

Sultan Hasanuddin lahir di Makassar, tanggal 12 Januari 1631. Dia merupakan putra dari Raja Gowa ke-15, Sultan Malikussaid dan cucu dari Sultan Alauddin yang merupakan Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam.

Dalam perjuangannya, dia dikenal sebagai sosok pahlawan yang berani, bijak, dan memiliki pengetahuan yang tinggi soal keagamaan. Tokoh pahlawan ini dikenal selalu menjadikan Al-Qur'an dan hadis sebagai pegangannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sultan Hasanuddin juga dikenal sebagai figur dengan fisik yang elok, serta pribadi yang pemberani dan bertuah. Dia juga dikenal oleh banyak kalangan pada masa itu sebagai seorang yang penyabar, murah hati, dan pandai.

Untuk mengetahui perjuangan Sultan Hasanuddin, berikut ini ulasannya sebagaimana dikutip dari situs UIN Sunan Ampel Surabaya dan situs Kemdikbud RI.