Warna Merah dan Putih yang Sengaja Dipisahkan

bendera merah putih/Foto: pexels.com/just baf

Dengan alasan keamanan, Husein Mutahar membagi bendera Indonesia tersebut menjadi dua, yaitu warna merah dan putih, lalu di masukkan ke dalam dua tas yang berbeda.

Ketika Presiden Soekarno kembali dari pengasingan di Bangka Belitung, bendera tersebut disatukan kembali. Setelah itu, bendera dibawa ke Yogyakarta dan dikibarkan di Gedung Agung pada 17 Agustus 1949.

Foto: pexels.com/just baf

Bendera Dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta

sejarah merah putih/Foto: pexels.com/Irgi Nur Fadil

Setelah berhasil mengibarkan bendera merah putih pada 17 Agustus 1945, bendera Indonesia ini dibawa presiden, wakil presiden, dan para menteri ke Yogyakarta tahun 1946 karena pada saat itu, Jakarta sedang tidak aman.

Sayangnya tahun 1948, Yogyakarta berhasil ditaklukkan Belanda yang kembali ingin menguasai Indonesia. Alhasil, Presiden Soekarno harus menitipkan bendera tersebut kepada ajudan terpercayanya, Husein Mutahar.

Bendera Merah Putih yang berkibar saat proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 memiliki sejarah di baliknya. Sebelum proklamasi terdapat tokoh yang menjahit bendera Merah Putih dari kain. Siapa yang dimaksud?

Tokoh yang menjahit bendera Merah Putih adalah Ibu Fatmawati yang merupakan istri dari presiden Soekarno. Fatmawati berperan menjahit bendera Merah Putih guna membantu persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Presiden RI pertama, Soekarno alias Bung Karno merupakan sosok yang sangat anti terhadap penjajahan. Sudah lama, dia memperjuangkan kemerdekaan Palestina dari Israel

Bendera Pusaka dipensiunkan

Bendera pusaka terakhir kali dikibarkan dalam  upacara peringatan kemerdekaan RI 17 Agustus 1968 di Istana Merdeka Jakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No 003/M/2015, Sang Saka Merah Putih berstatus sebagai Cagar Budaya Nasional dengan nomor registrasi RNCB.20150201.01.000032.

Pada 17 Agustus 1969, bendera yang dikibarkan di Istana Kepresidenan bukan lagi Bendera Pusaka yang dijahit Fatmawati dan dijahit ulang Husein Mutahar, melainkan duplikat.  Sejak saat itu, setiap provinsi mendapatkan duplikat bendera pusaka yang sama.

Bendera Pusaka ikut Soekarno ke Yogyakarta

Pada 4 Januari 1946, situasi Jakarta sangat genting, hal ini mengharuskan Soekarno dan Mohammad Hatta pergi menuju Yogyakarta menggunakan kereta.

Kala itu, bendera pusaka turut serta dibawa dalam koper pribadi Soekarno. Selanjutnya, Ibu Kota Indonesia dialihkan ke Yogyakarta.

Singkatnya, pada 1948, Belanda kembali melancarkan agresi militer kedua di Yogyakarta. Serangan ini membuat Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.

Soekarno yang tahu betul bahwa dirinya akan ditawan, memanggil ajudannya Husein Mutahar untuk mengamankan Bendera Pusaka agar tak sampai jatuh ke tangan Belanda.

Mendapat tugas yang tak mudah, Husein Mutahar akhirnya memisahkan dua kain yang sebelumnya dijahit Fatmawati. Hal ini dilakukan agar tidak disita Belanda lantaran dua kain itu sudah tak berbentuk bendera.

Meski sempat ditahan Belanda dan dibawa ke Semarang, Husein tetap berhasil menyelamatkan dua kain tersebut. Singkatnya ia berhasil lolos dan melarikan diri ke Jakarta.

Sejarah Fatmawati Saat Menjahit Bendera Merah Putih

Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, setelah Indonesia diperkenankan merdeka oleh Jepang, terdapat penyelenggaran sidang tidak resmi pada tanggal 12 September 1944 yang dipimpin Ir. Soekarno.

Hal yang dibahas pada sidang tersebut adalah pengaturan pemakaian bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh Indonesia. Hasil dari sidang ini adalah pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan panitia lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Setelah hasil rapat ditentukan, panitia bendera kebangsaan merah putih memilih warna merah dan warna putih sebagai simbol. Merah berarti berani dan putih berarti suci. Kedua warna ini sampai saat ini menjadi jati diri bangsa.

Atas permintaan Soekarno kepada Shimizu, kepala barisan propaganda Jepang(Sendenbu), Chaerul Basri diperintahkan mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air.

Kemudian bendera Merah Putih dijahit oleh Ibu Fatmawati dari kain tersebut. Bendera Merah Putih yang dijahit Fatmawati terbuat dari bahan katun Jepang berukuran 276 x 200 cm.

Bendera tersebut dikibarkan pertama kali pada Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56 (kini Jalan Proklamasi), Jakarta oleh Latief Hendraningrat dan Suhud.

Pada tahun 1946-1968, bendera tersebut dikibarkan hanya pada saat 17 Agustus saja. Sejak tahun 1969, bendera itu tidak berkibar lagi karena sobek, tapi disimpan di Istana Merdeka.

Sesudah tahun 1969, bendera merah putih duplikat dikibarkan tiap 17 Agustus. Bendera duplikat terbuat dari sutera.

Saksikan juga: Resign dari Pramugari, Demi Total Merawat ODGJ

[Gambas:Video 20detik]

Bendera Pusaka Merah Putih yang asli diketahui dijahit oleh Fatmawati yang merupakan istri dari Ir. Soekarno. Bendera tersebut awalnya akan digunakan untuk Proklamasi Kemerdekaan RI pada 1945.

Menyadur dari Kemdikbud.go.id, penjahitan ini awalnya yakni atas permintaan Soekarno kepada Shimizu yang merupakan Kepala Barisan Propaganda Jepang atau Sendenbu, Chaerul Basri yang diperintahkan untuk mengambil sebuah kain di gudang yang terletak di Jalan Pintu Air dan diantarkan ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Kemudian, kain tersebut dijahit oleh Fatmawati.

Namun, masih banyak yang mempertanyakan di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati. Bendera tersebut kini berada di Jakarta Pusat di tempat Cagar Budaya. Bendera tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Nomor: 003/M/2015 tanggal 9 Januari 2015 dengan nama cagar budaya Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih.

Bendera tersebut dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945 di Jalan Proklamasi yang dulunya disebut Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta oleh Latief Hendraningrat dan Suhud. Saat perpindahan pemerintahan ke Yogyakarta, keberadaan di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati itu juga dibawa oleh Soekarno dengan koper.

Baca Juga: Sejarah Paskibraka: Ada Sejak Era Soekarno, Dicetuskan Tahun 70-an, Diresmikan Kemenpora

Ketika Belanda menduduki Yogyakarta, Soekarno menitipkan bendera tersebut ke ajudan bernama Husein Mutahar. Husein pun mengungsi dengan membawa tas berisi di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati berada. Untuk mengamankannya, Husein melepaskan benang jahitan bendera sehingga kain merah dan putihnya terpisah dan dibawa dalam dua tas yang terpisah.

Pada 1949, Soekarno menanyakan di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati dan Husein pun menjahit dan menyatukan kembali bendera itu mengikuti lubang jahitannya. Bendera disamarkan dengan bungkusan kertas koran dan diserahkan kepada Soejono untuk diserahkan ke Soekarno. Kemudian pada 17 Agustus 1948, bendera tersebut dikibarkan di Gedung Agung.

Pada 28 Desember 1949, satu hari pascapenandatanganan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda di Den Haag, Soekarno menyimpann bendera itu di peti berukir dan dterbangkan dari Yogyakarta ke Jakarta dengan Garuda Indonesia Airways.

Sejak disahkannya Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, bendera itu ditetapkan sebagai bendera pusaka yang dikibarkan setiap tahun pada 17 Agustus.

Namun pada 1967, bendera tersebut rapuh dan Bendera Pusaka akhirnya dikibarkan terakhir pada 1968 dan diganti dengan dupilkatnya. Kini di mana bendera pusaka merah putih yang asli dijahit Fatmawati berada yaknii di Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka.

Baca Juga: HUT RI Malah Pasang Bendera Inggris, Emak-Emak Salting: Pikirku Merah Putih Juga

Kontributor : Annisa Fianni Sisma

TRIBUNNEWS.COM - Bendera dijadikan sebagai identitas sebuah negara.

Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Bendera Merah Putih.

Melansir kemdikbud.go.id, Bendera Merah Putih terbuat dari bahan katun halus (setara dengan jenis primissima untuk batik tulis halus), warna merah putih.

Warna asli merah bendera adalah merah serah yaitu merah jernih (bukan merah nyala, bukan merah tua, bukan merah muda, atau merah jambu).

Biasanya, Bendera Merah Putih dikibarkan saat upacara hingga acara perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia 17 Agustus.

Sebagai informasi, peringatan HUT ke-79 RI tahun 2024 jatuh pada hari Sabtu (17/8/2024).

Pada tanggal 7 September 1944, Dai Nippon menyiarkan kabar Indonesia diperkenankan untuk merdeka kemudian hari. Maka dari itu, Chuuoo Sangi In (badan yang membantu pemerintah pendudukan Jepang terdiri dari orang Jepang dan Indonesia) menindaklanjuti izin tersebut dengan mengadakan sidang tidak resmi pada tanggal 12 September 1944, dipimpin oleh Ir. Soekarno.

Hal yang dibahas pada sidang tersebut adalah pengaturan pemakaian bendera dan lagu kebangsaan yang sama di seluruh Indonesia. Hasil dari sidang ini adalah pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan panitia lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Panitia bendera kebangsaan merah putih menggunakan warna merah dan warna putih sebagai simbol. Merah berarti berani dan putih berarti suci. Kedua warna ini sampai saat ini menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Sementara itu, ukuran bendera ditetapkan sama dengan ukuran bendera Nippon yakni perbandingan antara panjang dan lebar tiga banding dua.

Baca juga: Teks Doa Malam Tirakatan Peringatan HUT ke-79 RI 2024, Berisi Rasa Syukur Nikmat Kemerdekaan

Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, selain bermakna berani dan suci, kombinasi warna merah dan putih telah digunakan dalam sejarah kebudayaan dan tradisi di Indonesia pada masa lalu. Kombinasi merah dan putih digunakan pada desain sembilan garis merah putih bendera Majapahit.

Panitia bendera kebangsaan merah putih ini diketuai oleh Ki Hajar Dewantara dengan anggota Puradireja, Dr. Poerbatjaraka, Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Mr. Moh. Yamin, dr. Radjiman Wedyodiningrat, Sanusi Pane, KH. Mas Mansyur, PA Soerjadiningrat, dan Prof. Dr. Soepomo.

Kemudian, panitia lagu kebangsaan Indonesia Raya berkewajiban mempersatukan kata-kata dan melodi lagu. Panitia diketuai oleh Ir. Soekarno dengan anggota Ki Hajar Dewantara, Sanusi Pane, Mr. Moh. Yamin, Kusbini, Mr. Koesoemo Oetojo, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. Sastro Moeljono, Mr. Samsoedin, Ny. Bintang Soedibjo, Machijar, Darmawijaya, dan Cornel Simanjuntak.

Atas permintaan Soekarno kepada Shimizu, kepala barisan propaganda Jepang (Sendenbu), Chaerul Basri diperintahkan mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air untuk diantarkan ke Jalan Pegangsaan Nomor 56 Jakarta. Kain ini dijahit oleh Ibu Fatmawati (istri Presiden Soekarno) menjadi bendera.

Jakarta (ANTARA) - Bendera Pusaka Merah Putih pertama kali dikibarkan pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

Melansir dari laman Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, sejarah Bendera Pusaka Merah Putih berawal pada 7 September 1944 ketika Jepang berjanji memberikan kesempatan kepada pejuang untuk memproklamasikan kemerdekan.

Pada tanggal 12 September 1944, Chuuoo Sangi In (badan yang membantu pemerintah pendudukan Jepang, yang terdiri dari orang Jepang dan Indonesia) menindaklanjuti izin tersebut dengan mengadakan sidang tidak resmi, dipimpin oleh Ir. Soekarno.

Sidang itu menghasilkan kesepakatan pembentukan panitia bendera kebangsaan merah putih dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Soekarno kemudian memerintahkan Chaerul Basri dari golongan muda mengambil kain dari gudang di Jalan Pintu Air pemberian Pimpinan Barisan Propaganda Jepang (Sendenbu) Hitoshi Shimizu. Kain berbahan katun halus asal Jepang (setara dengan jenis primissima untuk batik tulis halus) berwarna merah dan putih.

Kain tersebut dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno, dengan mesin jahit tangan menjadi sebuah bendera Pusaka Merah Putih usai dia dan keluarganya kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu. Bendera merah putih dengan panjang 300 centimeter dan lebar 200 centimeter.

Panitia bendera kebangsaan merah putih menggunakan warna merah dan warna putih sebagai simbol. Merah berarti berani dan putih berarti suci.

Selain itu, melansir laman Kementerian Sekretariat Negara RI, berdasarkan catatan sejarah warna merah dan putih terinspirasi dari warna panji atau pataka bendera Kerajaan Majapahit pada abad ke-13.

Bendera Pusaka Merah Putih dikibarkan pertama kali di rumah Presiden Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta, setelah Presiden Soekarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Jumat, 17 Agustus 1945.

Bendera dikibarkan pada tiang bambu oleh Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) yang dipimpin Kapten Latief Hendraningrat. Saat Bendera Pusaka Merah Putih dinaikkan, lagu Indonesia Raya pun dinyanyikan secara bersama-sama.

Dipisahkan menjadi dua bagian

Tanggal 4 Januari 1946 juga menjadi catatan sejarah Bendera Pusaka Merah Putih. Ketika presiden, wakil presiden, dan para menteri pindah ke Yogyakarta, Bendera Pusaka turut dibawa dan dikibarkan di Gedung Agung.

Ketika Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 19 Desember 1948, Bendera Pusaka sempat diselamatkan oleh Presiden Soekarno dan dipercayakan kepada ajudan Presiden yang bernama Husein Mutahar.

Husein Mutahar membawa serta bendera tersebut ketika mengungsi. Agar tidak disita Belanda, dia melepaskan benang jahitan dan warna merah dan putih pun terpisah.

Husein Mutahar lalu membawa Bendera Pusaka dalam dua tas terpisah.

Pertengahan Juni 1949 ketika berada dalam pengasingan di Bangka, Presiden Soekarno meminta kembali bendera pusaka kepada Husein Mutahar, yang menjahit kembali Bendera Pusaka.

Bendera dibungkus dengan kertas koran lalu diberikan kepada Soejono supaya dikirimkan kepada Presiden Soekarno di Bangka. Presiden dan Bendera Pusaka tiba di ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta pada 6 Juli 1949.

Pada tanggal 28 Desember 1949, sehari setelah penandatanganan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda di Den Haag, Bendera Pusaka disimpan di dalam sebuah peti berukir dan diterbangkan dari Yogyakarta ke Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 40 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia menetapkan bendera itu sebagai Bendera Pusaka, yang dikibarkan setiap upacara Hari Kemerdekaan di Istana Merdeka.

Seiring waktu berjalan, Bendera Pusaka menjadi rapuh sehingga perlu dibuat duplikat. Bendera Pusaka terakhir dikibarkan saat upacara di Istana Merdeka pada 17 Agustus 1968.

Atas permintaan Husein Mutahar, Bendera Pusaka dibuat duplikat, yang dilakukan oleh Tim Pembuat Duplikat Bendera Pusaka di Jakarta. Duplikat pertama dikibarkan hingga 1984.

Duplikat Bendera Pusaka kedua digunakan pada upacara 17 Agustus mulai 1985 hingga 2014. Pada 2015, bendera yang dikibarkan saat upacara di Istana Merdeka adalah duplikat yang ketiga.

Bendera Pusaka Merah-Putih kini disimpan dengan aman dalam vitrin berbentuk trapesium di Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka.

Pewarta: Sri Dewi LarasatiEditor: Natisha Andarningtyas Copyright © ANTARA 2024

Semua negara di dunia memiliki bendera yang bertindak sebagai simbol negara. Namun lebih dari itu, sebuah bendera juga merepresentasikan kedaulatan suatu bangsa. Oleh karenanya, bendera tidak boleh digunakan secara sembarangan.

Setiap negara memiliki warna benderanya masing-masing. Misalnya, Indonesia yang benderanya identik dengan warna merah di bagian atas dan putih di bagian bawah dengan ukuran yang sama. Bendera Merah Putih pertama kali dijahit oleh Fatmawati, lho Beauties.

Tidak sampai di situ saja, bendera yang selalu dikibarkan saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ini juga menyimpan banyak sejarah menarik. Bagaimana sejarah bendera Indonesia ini? Baca ulasan berikut seperti yang dilansir dari CNN Indonesia berikut ini, ya Beauties!

Perjuangan Fatmawati jahit Bendera Pusaka saat hamil tua

Kain merah dan putih itu kemudian dijahit oleh Fatmawati di rumah Pegangsaan pada Oktober 1944. Proses menjahitnya menggunakan mesin singer yang hanya bisa digerakan menggunakan tangan.

“Ketika akan melangkahkan kakiku keluar dari pintu terdengarlah teriakan bahwa bendera belum ada, kemudian aku berbalik mengambil bendera yang aku buat tatkala Guntur masih dalam kandungan, satu setengah tahun yang lalu,” terang Fatmawati.

Saat menjahit bendera Merah Putih, Fatmawati sedang hamil dan menanti kelahiran anak pertamanya, Guntur Soekarnoputra. Hal itu yang menyebabkan Fatmawati tidak diperkenankan menggunakan mesin jahit kaki.

Proses penjahitan bendera diselesaikan Fatmawati selama dua hari. Bendera tersebut Kemudian dikenal dengan nama ‘Bendera Pusaka’ dengan warna merah di bagian atas dan putih di bawah.

Memiliki ukuran 2x3 meter, Bendera Pusaka Merah Putih dikibarkan pertama kali di rumah Pegangsaan Timur No 56, Jakarta saat dibacakannya Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada Jumat, 17 Agustus 1945.

Setelah Indonesia Merdeka, Bukan berarti perjuangan usai. Kala itu Jepang masih bergairah menguasai Indonesia sehingga pertempuran masih berlanjut.

Mengenal Fatmawati Sebelum Menjahit Bendera Merah Putih

Dilansir dari buku "Sejarah" oleh Prof. Dr. Habib Mustopo dan kawan-kawan, tertulis Fatmawati merupakan perempuan yang dilahirkan di Pasar Padang, Bengkulu pada 15 Januari 1923.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fatmawati menempuh pendidikan di HIS dan sekolah kejuruan. Istri presiden Soekarno ini aktif berorganisasi sejak masih duduk di bangku HIS sebagai pengurus Nasyiatul Aisyiah.

Pada tahun 1938, Fatmawati berkenalan dengan Soekarno. Saat itu, Soekarno menjadi pengajar di Muhammadiyah dan Fatmawati adalah salah satu muridnya. Pada tahun 1943, Soekarno menikahi Fatmawati.

Sejak tahun 1943, Fatmawati tinggal di Jakarta mendampingi Soekarno. Kemudian saat persiapan proklamasi kemerdekaan akan dilangsungkan, Fatmawati membuat bendera Merah Putih dari kain katun Jepang. Bendera tersebut yang kemudian dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Dijahit Langsung oleh Fatmawati

bendera merah putih/Foto: pexels.com/Irgi Nur Fadil

Seperti yang disinggung sebelumnya, Fatmawati yang notabene istri Soekarno adalah sosok yang menjahit bendera merah putih setelah kembali ke Jakarta dari pengasingan di Bengkulu.

Saat itu, presiden RI pertama tersebut memerintahkan Chaerul Basri untuk mengambil kain di gudang dan mengantarkannya ke Jalan Pegangsaan Nomor 56, Jakarta. Kain tersebut merupakan kain katun halus dengan warna merah dan putih dengan panjang 3 meter dan lebar 2 meter.

Begitu mendapatkan kain tersebut, Fatmawati langsung menjahitnya. Kemudian, kain yang sudah berubah menjadi bendera Indonesia tersebut dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di acara proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Foto: pexels.com/Irgi Nur Fadil